FKM NEWS – Menekuni dunia seni silat membuat Ulfa Lailatus Sa’adah, mahasiswi FKM UNAIR angkatan 2017 yang akrab disapa Ulfa berhasil menjadi salah satu mahasiswa bidikmisi berprestasi. Tidak hanya itu, Ulfa juga cukup aktif berorganisasi dan mengikuti kegiatan kampus. Salah satu organisasi yang dia ikuti adalah Garuda Sakti.
Beberapa capaian terbesar Ulfa di tahun 2018 kemarin antara lain, juara satu kategori tunggal putri dewasa pada kejuaraan daerah pencak silat piala gubernur VIII Jawa Timur tingkat provinsi. Dan juga juara satu kategori Regu tradisional dewasa pada Festival Nasional Pencak Silat Seni tingkat Nasional yang digelar di Museum Negeri Provinsi Banten.
Tidak berhenti di tahun 2018. Pada tahun 2019 Ulfa juga terus mengukir prestasi dengan diraihnya gelar sebagai penampilan terbaik pada Festival Pencak Silat Nusantara VI di Taman Mini Indonesia Indah.
“Prestasi yang paling menonjol untuk sementara ini yaitu bisa meraih juara satu kategori Regu Tradisional di kejuaraan pencak silat nasional seni yang bertempatan di Banten 2018 kemarin,” ucap Ulfa.
Meskipun aktif dan meraih cukup banyak prestasi, perjuangan Ulfa untuk terus bisa melanjutkan kuliah tidaklah mudah. Lahir di keluarga yang bisa dibilang tidak mampu dalam ekonomi, dan ibu yang bekerja sendirian membuat Ulfa sangat bersyukur karena telah mendapatkan bantuan bidikmisi.
“Mengurus semua persyaratan pengajuan bidikmisi yang sangat banyak seorang diri itu tidak mudah. Dan jika saat itu saya menyerah, mungkin saya tidak bisa merasakan kuliah seperti sekarang ini,” ujar Ulfa.
Bidikmisi memang membantu Ulfa untuk bisa terus melanjutkan kuliah. Namun dirinya tetap harus pintar-pintar dalam mengelola keuangan karena kiriman dari orang tua tidak rutin tiap bulan.
“Ibu saya hanya mengirim uang ketika lagi punya. Kalau pas nggak punya, ya udah nggak dikasih,” ucap Ulfa.
Untuk mengelola uang bidikmisi tersebut, salah satu strategi yang Ulfa gunakan adalah dengan membayar uang kosan terlebih dulu. Baru kemudian sisanya diambil setiap bulan.
Sehingga Ulfa harus menghitung terlebih dulu perkiraan pengeluaran per bulan. Harus disesuaikan karena kiriman orang tua yang belum pasti.
“Jadi misal sebulan pengeluaran untuk makan tiga ratus ribu rupiah, jadi bagaimana caranya itu harus cukup. Kalau ingin makan enak, berarti besok harus puasa,” jelas Ulfa.
Mungkin permasalahan ekonomi seperti uang sudah menipis namun masa pencairan dana bidikmisi masih lama dan orang tua yang tidak pasti mengirim uang menjadi salah satu duka bagi Ulfa. Namun, Ulfa mengaku lebih banyak suka yang dia alami daripada duka selama menjalani perkuliahan.
“Suka dukanya Alhamdulillah lebih banyak sukanya. Sangat bersyukur karena saya bisa kuliah berkat bidikmisi,” pungkas Ulfa.
Dilansir dari http://news.unair.ac.id/2019/04/30/perjuangan-jawara-silat-fkm-unair-dalam-melanjutkan-perkuliahan/
Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Ilham Aksanu Ridlo
Gambar : Ulfa Lailatus Sa’adah di Festival Pencak Silat Nusantara VI di Taman Mini Indonesia Indah. (Foto : Istimewa)
Dilansir dari : http://news.unair.ac.id/2019/04/30/perjuangan-jawara-silat-fkm-unair-dalam-melanjutkan-perkuliahan/