Praktik Kerja Lapangan (PKL) menjadi kegiatan wajib bagi beberapa program studi di lingkungan UNAIR, tak terkecuali bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Pada kegiatan PKL FKM UNAIR tahun ini, Kecamatan Ngraho dan Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro, dipilih menjadi lokasi terselenggaranya PKL.
PKL yang mengangkat tema tentang Keluarga Sehat, terdiri dari 15 kelompok dengan pembagian wilayah kerja. Salah satu kelompok PKL FKM, yaitu kelompok 14 mendapat wilayah kerja di Kecamatan Ngraho, Desa Tanggungan, Dusun Ngori RT 16 dan 18, Dusun Sekaran RT 10 dan 11. Pada PKL kali ini, kelompok 14 mengusung program GEBRAK (Gerakan Bebas Asap Rokok) di dalam rumah sebagai program intervensi. Sebelum program GEBRAK dilaksanakan, Kelompok 14 PKL FKM UNAIR melakukan konsolidasi dengan tokoh masyarakat, kader, karang taruna, dan tenaga kesehatan untuk meminta masukan dan dukungan adanya program tersebut. Selain itu penyebaran undangan program untuk masyarakat sasaran dilakukan secara door to door oleh Kelompok 14 dengan cara sosialisasi.
“Sebenarnya program GEBRAK terdiri dari dua rangkaian kegiatan, yaitu penyuluhan dan deklarasi bebas asap rokok di dalam rumah,” terang Bery Romadhon selaku ketua PKL.
Setelah berakhirnya pembacaan teks deklarasi oleh Kepala Desa Tanggungan dan diikuti oleh warga RT 10, 11, 16, dan 18, program GEBRAK yang diadakan di lapangan SDN Tanggungan 2 ditutup dengan penandatangan petisi oleh masyarakat sasaran. Selain acara inti, kegiatan deklarasi dilengkapi dengan pentas seni dari siswa SDN Tanggungan 2 dan anggota Kelompok 14 serta pembagian doorprize untuk memeriahkan acara pada Minggu, (14/8).
“Sebenarnya bahasan mengenai rokok sangat sensitif karena mayoritas masyarakat RT 10, 11, 16 dan 18 adalah perokok aktif, yaitu sekitar 98%. Jadi, melalui program GEBRAK kami menekankan bahwa kami tidak melarang masyarakat untuk tidak merokok karena perubahan sikap akan kembali lagi pada pribadi masing-masing. Hanya saja jangan sampai merokok di dalam rumah karena dampaknya sangat berpengaruh pada anggota keluarga sebagai perokok pasif,” imbuhnya.
Senada dengan Bery, Rizki Prasetya yang juga wakil ketua menjelaskan bahwa timnya telah menyerahkan program GEBRAK secara simbolik kepada Kepala Desa. Harapannya setelah kembali ke Surabaya, program GEBRAK tetap dilanjutkan oleh Desa Tanggungan.
“GEBRAK ini sudah diamanahkan kepada kader atau karang taruna. Kami juga telah memasang banner SELAMAT DATANG DI KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK DI DALAM RUMAH di beberapa spot strategis Desa Tanggungan. Kami berharap dengan adanya pengingat tersebut, Desa Tanggungan, khusunya RT 10, 11, 16, dan 18 bisa menjadi desa percontohan bebas asap rokok di dalam rumah wilayah Bojonegoro,” terang Rizki melengkapi penjelasan ketua kelompok di akhir perbincangan.
Penulis : Ayunda Zilul G., Mahasiswa FKM UNAIR
Editor: Nuri Hermawan