Persoalan masalah gizi balita di Jawa Timur masih banyak. Secara statistik telah mendekati angka cut off point sebagai masalah kesehatan masyarakat yang dianggap serius. Padahal status gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia (SDM).
Di beberapa kota besar, diantaranya Surabaya, masalah gizi yang terkait dengan status ketahanan pangan, banyak ditemui di kantong-kantong pemukiman kumuh. Pemicunya, perilaku hidup sehat belum menjadi budaya.
Topik itulah yang diangkat Atik Qurrota A’yunin Al Isyrofi dalam skripsinya. yang kemudian menunjang dirinya menjadi wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga pada wisuda Desember 2016. Peraih IPK 3,84 ini menulis skripsi bertajuk “Hubungan Antara Pola Asuh dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita (2-5 Tahun) pada Permukiman Kumuh di Kecamatan Bulak, Kota Surabaya.”
Aktivis organisasi setingkat nasional yang padat kegiatan ini, dara kelahiran Gresik 18 Desember 1995, ini mampu menyelesaikan penelitiannya tepat waktu. Sebagai Wakil Sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), cewek yang karib disapa Atik ini, harus pandai mengatur waktu antara tanggungjawab organisasi dengan penelitian. Saat itu ia harus “blusukan” di tengah terik matahari di bulan puasa yang cukup menguras tenaga.
Keberhasilan Atik menyelesaikan penelitiannya itu, tentu saja tidak luput dari dukungan orang tua. Menurut penggemar traveling ini, orang tuanya merupakan sosok pekerja keras, jadi ia pun tidak ingin hanya duduk manis menikmati hasil kerja orang tua.
“Saya juga harus bekerja lebih keras untuk mengatur dan menyesuaikan waktu. Namun, semua itu tidak saya rasakan berat, karena dukungan dari keluarga terutama orang tua, adik, dan dosen pembimbing yang begitu telaten, sabar dan perhatian, bahkan para sahabat ada yang ikut membantu turun ke lapangan,” ujar gadis gemar membaca ini.
Kedepan, Atik berharap rekomendasi yang ia berikan berdasarkan hasil penelitiannya ini dapat diterapkan oleh stakeholder dan pemerintah daerah setempat. “Saya sangat berharap agar penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan spektrum yang lebih luas dan lebih rinci,” katanya berharap.
Pesannya kepada adik kelas mahasiswa UNAIR, bahwa kampus merupakan tempat untuk berlatih menuju medan tempur di lingkungan masyarakat. “Jadi jangan sampai Anda membesar di kampus, tetapi mengecil di masyarakat. Atau menjadi jagoan di kampus, tetapi jadi sandera di masyarakat. Kampus adalah tempat berlatih, dan masyarakat adalah medan tempurnya. Manfaatkan itu!,” katanya tegas. (*)
Penulis: Lovita Marta Fabella
Editor: Dilan Salsabila.