Maulana Satria Aji, mahasiswa S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga berhasil mengubah wajah kampungnya. Daerah kelahirannya, Kelurahan Sidotopo, Surabaya kini berhasil menjadi kampung percontohan keluarga berencana Jawa Timur tahun 2016.
Aji, sapaann akrabnya, adalah pemuda berusia 20 tahun ini merupakan salah satu penerima bantuan pendidikan Bidikmisi di UNAIR. Anak sulung dari tiga bersaudara ini adalah tamatan SMA Muhammadiyah I Surabaya. Sempat terbersit untuk tidak melanjutkan kuliah. Ia merasa tanggungan orang tuanya sudah berat karena harus membiayai kedua adiknya.
Namun, ia tak lekas menyerah. Ia mendapatkan informasi dari kakak tingkat tentang bidikmisi. Inilah titik ia mulai merangkai mimpi untuk berkuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR. Dan juga, memperbaiki wajah tanah kelahirannya.
“Kampung saya terkenal dengan berbagai tindak kriminal. Dulunya, saya merasa enggan untuk berkecimpung di karang taruna. Sempat takut terbawa kebiasaan kurang baik orang-orang sekitar. Saya juga prihatin melihat teman-teman yang sebaya dengan saya terbiasa minum minuman beralkohol,” tutur Satria.
Langkah demi langkah ditapaki, ia bersama keenam temannya mengajak para ‘pentolan’ geng pengguna narkoba untuk berdiskusi. Tidak mudah membuat orang berubah. Itulah yang terbersit di pikiran Aji saat mengajak para pengguna untuk meninggalkan obat-obatan terlarang. Caci maki sudah biasa ia terima dari orang-orang sekitar.
“Awalnya mereka tidak mau diajak berubah. Bahkan saya kerap diejek karena sering main ke balai rukun warga setempat untuk mengajak mereka berubah. Dikatain sok bener lah dan sempat diludahi,” tutur Aji saat ditemui UNAIR News.
Tidak berhenti sampai disitu, Aji mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur dan Badan Narkoba dan Narkotika. Setelah dikarantina selama dua minggu, mereka berubah drastis. Layaknya efek domino, dampak baik itu menyebar ke orang-orang sekitar.
Pada tahun 2016, mulailah dibentuk pusat informasi dan konseling sebagai wadah untuk berbagi permasalahan dan segala penyelesaiannya. Di tahun yang sama, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan kampungnya sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB). Perannya membangun pemuda-pemudi di kelurahan setempat mendapat apresiasi.
“Perasaan saya ketika didatangi Bu Risma sungguh sangat senang sekali. Bahkan, ada orang dari Blitar sampai menitikkan air mata melihat perjuangan kami mengubah kampung ini. Bagaimana kami rela mengajarkan dan menuntun tanpa mengharap balas jasa.” jelasnya.
Bangun kampung literasi
Di samping membangun kampungnya, Aji yang gemar menulis ini beberapa kali menjadi delegasi konferensi, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bertemu orang-orang hebat di negeri ini dan saling bertukar pikiran tentang bangsa ini. Keyakinannya dalam membangun negeri melalui komunitas pun diwujudkan dalam Komunitas Pelajar Mengajar Surabaya (KPMS).
Komunitas tersebut baru-baru ini mendapatkan penghargaan komunitas terbaik dari AIESEC. Sebagai ketua dari komunitas, ia menggagas program mengajar di Kampung Sidotopo tanpa dipungut biaya. Mereka hanya perlu ‘membayar’ dengan sampah yang kemudian dipilah untuk kerajinan. Selain di Sidotopo, KPMS juga hadir di Nginden, Tambak Wedi, dan Kampung Nelayan Sukolilo.
“Awalnya saya melihat anak-anak kecil sibuk bermain gawai dan permainan dalam jaringan di warung kopi. Saya tergerak mengajak mereka untuk mengisi waktu luang dengan belajar. Baik belajar pelajaran sekolah atau mengaji. Bahkan sebelum kegiatan pengajaran dimulai, mereka salat berjemaah yang dipimpin oleh salah satu dari anak didik KPMS,” imbuh pemilik indeks prestasi kumulatif 3,25.
Ke depannya, ia ingin membentuk kampung literasi yang saat ini sedang dirancang. Akan ada perpustakaan dan pembuatan mural. Tujuannya, untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada seluruh tingkatan usia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Tetaplah terus berkarya, Aji!
Penulis: Siti Nur Umami
Editor: Defrina Sukma S